Allah SWT adalah Tuhanku... Islam adalah Agamaku... Al-Qur'an Pedoman Hidupku... Nabi Muhammad SAW adalah Nabiku... Rohis jiwa ragaku

Jumat, 10 Oktober 2014

Biografi-Ku (Ketua ROHIS SMP Negeri 1 Slawi Th. 2013/2014)

Al-Qur’an membawanya Keliling Kota

Adityo Wiwit Kurniawan 14 Tahun (16 Juli 2000) = Faizin
            
              Suatu hari di salah satu desa di Kabupaten Tegal, lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Faizin. Ia dilahirkan dikeluarga yang lumayan berkecukupan. Ayahnya bernama Al-Farizi dan ibunya bernama Syarifah Nadia. Mereka sangat bahagia dengan kelahiran sang buah hatinya. Sejak kelahiran sang buah hatinya, ayahnya pun semakin giat bekerja demi memenuhi kebutuhannya. Ibunya selalu mendoakannya agar menjadi anak sholeh dan berbakti kepada orang tuanya.
            Seiring berkembangnya waktu, Faizin pun dimasukkan ke sekolah TPA yang
ada di desanya oleh ibunya waktu ia berumur 5 tahun dan dibelajari mengaji oleh ibunya. Ibunya selalu memantau ia saat ia belajar di TPA. Ibunya selalu mengantar dan menjemput Faizin saat ia belajar di TPA. Bacaan-bacaan Al-Qur’annya mulai terbentuk saat ia berumur 6 tahun. Ibunya berpedoman kepada Faizin “Tiada hari tanpa mengaji”. Pedoman itu membuat semangat Faizin dan membuatnya lebih giat lagi untuk belajar mengaji di TPA.  Selain bersekolah di TPA tersebut, ayahnya menyuruh untuk mengaji di salah seorang guru mengaji di desanya. Faizin pun menuruti nasihat ayahnya. Pada usia 7 tahun, bacaan Al-Qur’annya mulai bagus, hafalan suratnya lumayan banyak. Ibunya ingin sekali Faizin bisa membaca Al-Qur’an dengan sangat lancar.
            Faizin pun masuk ke sekolah dasar, yang sebelumnya sudah disekolahkan oleh ibunya di TK saat ia berumur 6 tahun. Prestasi belajarnya mulai meningkat dan mulai kelihatan, ia berhasil menduduki peringkat 1 dikelasnya. Nilai Agama Islamnya pun sebanding dengan nilai-nilai lainnya. Materi-materi Agama Islam mulai banyak yang dikuasai oleh Faizin. Hafalan Al-Qur’annya juga lumayan banyak. Ibu dan ayahnya selalu memantau perkembangan Faizin dalam bidang agama maupun dalam Prestasi di SD. Saat ia di kelas 4 SD, Faizin mulai banyak mengikuti lomba dalam bidang akademik. Dari mulai Lomba MIPA, Siswa Teladan, LCC, Pidato Bahasa Inggris, Pidato tentang Agama Islam, Pesta Siaga, sampai Lomba BTQ dan PAI. Ia memperoleh juara cukup banyak. Guru Agama Islamnya memberi saran kepada Faizin “ Kamu belajar Ilmu Tilawah dan Tartil aja Faizin “. Faizin pun tertarik dengan saran gurunya. “ Saya pengin sekali bu, tapi saya tidak tau apa itu tilawah dan tartil, dan tidak ada yang mengajari saya “ Ujar Faizin. “ Nanti ibu yang mengajari kamu “ jawab gurunya. “ Beneran bu?, yaudah saya mau banget belajar tilawah dan tartil sama bu guru “ jawab Faizin.
            Hari demi hari ia lalui, setiap sepulang sekolah ia belajar tilawah dan tartil di guru Agama Islamnya. Lagu tilawah dan tartilnya mulai terbentuk, suaranya pun cukup bagus. Sampai ia kelas 6 pun ia masih belajar tilawah di guru agamanya. Di guru mengaji di desanya pun ia meminta untuk belajar tilawah dengan mengundang ustad untuk memprivatnya. Di suatu hari, ustadnya berkata “ kamu sepertinya mempunyai bakat Faizin “ ujar ustadnya kepada Faizin. “ Amin “ balas Faizin. “ Iya, dengan terus berlatih dan belajar, Insya Allah kamu akan mendapatkan hasilnya “, jawab ustadnya lagi. Kata-kata motivasi dari ustadnya tersebut membuat semangat Faizin. Ia terus belajar dan berlatih.
            Setelah ia menginjak ke jenjang SMP, ia pun sering mengikuti lomba di bidang tilawah Al-Qur’an. Ayahnya memanggil guru tilawah untuk memprivatnya. Sejak kelas 1 SMP ia pun banyak menerima panggilan mengaji, dari mulai pedesaan, perkotaan, luar daerah, sampai tempat pelosok yang sangat jauh dari perkotaan. Berkat kerja keras bimbingan, motivasi dan dukungan dari berbagai pihak, Faizin pun mendapat sedikit hasil dari jeri payahnya selama ini telah belajar tentang agama Islam dan Seni Al-Qur’annya. Dia sangat aktif di bidang keagamaan yang ada di sekolahnya. Setelah ia naik ke kelas 2 SMP, ia dipilih untuk menjadi ketua Rohis di sekolahnya. Ia juga sangat aktif di OSIS khususnya di bidang keagamaan. Ia sering mengaji dalam acara resmi yang diadakan oleh sekolah. Panggilan untuk mengaji pun semakin banyak, mulai banyak orang mengenalnya, khusunya di kalangan remaja.
Berbagai pengalaman tentang mengaji banyak yang ia lalui. Pernah seketika itu, ia mendapat panggilan mengaji di salah satu desa yang sangat terpelosok, desa tersebut sangaaaaaat jauh dari perkotaan, tepatnya di kabupaten Brebes. Dinginnya malam tak ia hiraukan, lebatnya hutan ia lalui, gelapnya hutan tak jadi penghalang, jauhnya perjalanan ia nikmati. Perjalanan menuju ke desa tersebut terhenti, karena harus melewati sungai yang sangat luas dan lebar, airnya pun lumayan dalam. Mobilnya terhenti, ia menunggu selama beberapa menit untuk berpikir agar bisa melewati derasnya aliran sungai yang sangat lebar dan dalam tersebut. Tanpa berpikir lama dan apa boleh buat ia harus melewati sungai itu dengan mobilnya, rasa takut pun melintas di pikirannya. Setelah berhasil melewati sungai tersebut, mobilnya terhenti lagi, karena ia juga harus melewati bukit yang lumayan tinggi. Mobilnya berulang-ulang kali menaiki bukit tersebut, tapi tetap saja tidak bisa. Ayahnya berpikir lama untuk bisa menaiki bukit tersebut. Arah jam menunjukkan sudah pukul 20.00 saat itu. Ia khawatir karena acaranya akan segera dimulai. Akhirnya, ayahnya berhasil menemukan beberapa jalan untuk menaiki bukit tersebut. Jalan pertama ia coba beberapa kali, tetap saja tidak ada hasil, begitu pula jalan ke dua... Akhirnya, mereka berhasil menaiki bukit tersebut dengan melewati jalan ke tiga. Setelah berhasil menaiki bukit tersebut, ia harus melewati jalanan yang kondisinya sangat parah. Perjalanan pun semakin lama untuk menuju ke tempat di mana berlangsungnya acara. Tapi, apa boleh buat ia harus melewatinya. Perjalanan dari menaiki bukit menuju lokasi berlangsungnya acara lumayan jauh. Setelah lamanya perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di tempat berlangsungnya acara... Perjalanan yang mempertaruhkan nyawa tersebut terobati karena melihat pengunjung acara tersebut sangatlah banyak. Semangatnya untuk mengaji di acara tersebut semakin tinggi. Tibalah saatnya sang pembawa acara menyebut namanya. Akhirnya, ia tampilkan sekuat tenaga kemampuan yang dimilikinya. Seluruh pengunjung acara tersebut terdiam dan melantukan lafadz “Allah”. Sesaat Fazin mengambil nafas, dan mulai melanjutkan ayat yang dibacanya. Saat Faizin membacakan Al-Qur’an se-ayat demi se-ayat, seluruh pengunjung  seperti tersihir dan dibawa ke angkasa dan secara perlahan lahan diturunkan, setelah sampai di bumi, pengunjung serasa di ayun-ayunkan di tengah hamparan taman yang sangat luas dan sejuk. Para pengunjung terkagum-kagum oleh suaranya yang sangat luar biasa.
Setelah acara tersebut selesai, akhirnya, Faizin pun memutuskan untuk pulang walaupun jarum jam menunjukkan angka 23.30 malam. “Melihat pengunjungnya yang sangat banyak tersebut, saya senang walaupun perjalanan menuju ke sini sangat luar biasa. Karena mereka sangat antusias sekali untuk datang ke tempat pengajian umum ini.” Ujarnya. Walaupun Faizin sering di panggil untuk mengaji, ia hanyalah manusia biasa yang tak luput dari dosa dan kesalahan, ia tidak sombong, ia tetap rendah hati dan bergaul dengan teman-temannya seperti remaja pada umumnya. Pedoman ia “Tiada gading yang tak retak” artinya bahwa tiada manusia yang sempurna. Rencananya setelah lulus di SMP ia akan melanjutkan ke Pondok Pesantren yang ia telah idam-idamkan sejak lama, yaitu Ponpes Al-Qur’an Ummul Quro’ di Tangerang milik idola beratnya yaitu KH. Muammar ZA. Ia akan terus mengejar cita-citanya yaitu membahagiakan orang tua sampai kapanpun, berguna bagi siapapun, mengembangkan Ilmu Al-Qur’an dan tentunya ia ingin sekali menjadi Qori Internasional.


~ Sekian ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar